Senin, 30 November 2015

1.1 Pengertian MedSos

Pengertian MedSos

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An-Nisa' : 1)

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang membutuhkan dan memerlukan bantuan serta support dari orang lain. Di dalam Al Quran, Allah azza wa jalla mengistilahkan manusia dengan tasaa-aluna bihi, yaitu saling meminta (membutuhkan) antara satu dengan yang lainnya. Wajar jika dari dahulu hingga saat ini, manusia lebih senang hidup berkoloni dan berkelompok atau berjamaah daripada hidup sendirian.

Dalam istilah modern, manusia itu dikenal dengan istilah makhluk sosial, sebagaimana yang disebutkan oleh Aristoteles (384-322 SM), seorang ahli pikir Yunani yang menyatakan dalam ajaranya, bahwa manusia adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk yang bermasyarakat.

Seiring perkembangan zaman, manusia perlahan mulai membutuhkan sarana dan prasarana untuk terus saling berhubungan dan berkomunikasi, sarana dan prasarana ini lebih dikenal dengan istilah Media Sosial atau disingkat dengan MedSos.

Apa itu medsos?

Jika diperhatikan kata medsos ini berasal dari dua suku kata, yaitu MEDIA dan SOSIAL.
Secara bahasa media berarti alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Sedangkan sosial yaitu sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Jadi media sosial (medsos) adalah alat atau sarana komunikasi yang berkenaan dengan masyarakat luas.

Menurut WikiPedia yang dimaksud dengan media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "Sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content". (id.m.wikipedia.org/wiki/Media_sosial?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C3872305301).

MedSos menjadi semacam trend yang perkembangannya sangat luar biasa pesat, tidak kenal usia dan strata, juga tidak tergantung dengan tempat. Mulai dari anak-anak, remaja, bahkan orang tua sekalipun ikut merasakan gemerlap dan semaraknya medsos ini. Medsos juga bisa dinikmati dan dirasakan tidak hanya oleh masyarakat perkotaan saja, bahkan saat ini masyarakat yang berada di pelosokpun bisa ikut merasakan kecanggihan medsos.

Trend medsos memang membawa banyak sekali perubahan dari zaman ke zaman, perlahan namun pasti medsos mampu menggeser berbagai macam trend komunikasi yang klasik dan tradisionil, seperti surat menyurat, berkirim telegram dan sebagainya.

Salah satu hal yang menjadikan medsos sangat diminati dan digandrungi oleh banyak orang adalah dari sisi kemudahan dan cepatnya interaksi komunikasi antar sesama pengguna medsos ini, hingga kini ada istilah bahwa dunia itu ketika menggunakan medsos hanya sebesar genggaman saja, luar biasa!

Coba bayangkan, jika dulu kita harus menunggu berhari-hari lamanya untuk sekedar menanti balasan dari surat yang kita kirimkan, bahkan terkadang waktu menunggunya bisa jauh lebih lama dari itu, belum lagi saat momen-momen dimana banyak orang yang berkirim surat, seperti pada saat menjelang liburan, lebaran atau hari-hari besar lainnya. Sehingga tidak heran jika saat itu informasi sangat lambat perkembangannya serta menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya. Saya masih ingat sekali gimana heboh dan ribetnya saat hendak mengucapkan selamat lebaran kepada teman, sahabat dan saudara-saudara, dimana saya harus berburu banyak sekali kartu lebaran yang beragam dan bervariasi model dan harganya. Saat itu memang ketika menjelang lebaran khususnya, banyak dijual berbagai macam model kartu ucapan lebaran, ada yang didesain khusus untuk keluarga, teman dekat bahkan teman sangat dekat sekali, hehe...

Coba mari kita hitung-hitung, jika saya mau mengirimkan kartu-kartu ucapan selamat lebaran tersebut ke 30 orang teman dan 10 karib kerabat, berapa saya harus mengeluarkan biaya untuk itu semua? Belum lagi ongkos kirim dan lainnya, bahkan yang paling merepotkan adalah setiap kartu ucapan selamat lebaran tadi harus ditulis dengan tulisan tangan secara manual loh, ribet banget kan? Itupun belum ditambah lagi waktu sampainya kartu ucapan tersebut ke penerimanya, kadang malah nyampenya gak lagi di hari lebaran, jadinya kartu ucapannya expired kan? Inilah secuil kisah tentang betapa pada saat itu perkembagan informasi sangat lamban sekali.

Ketika medsos mulai berkembang, perlahan namun pasti tradisi berkirim surat lewat kantor pos mulai tereliminasi dan diganti dengan email dan sms. Jika dulu proses berkirim dan menunggu balasan surat bisa memakan waktu berhari-hari, maka saat ini ketika medsos sudah jauh berkembang, berkirim dan membalas pesan hanya butuh waktu dalam hitungan detik saja, walaupun si pengirim dan penerima berada di benua yang berbeda sekalipun.

Bahkan trend broadcasting (BC) juga telah mampu menyingkirkan banyak kebiasaan klasik dalam berkirim pesan, yang tadinya harus ditulis secara manual satu persatu pada tiap kartu, namun dengan broadcasting kita hanya perlu menuliskan ucapan atau informasi sekali saja, lalu hanya dengan menekan satu tombol pada papan keyboard kita sudah bisa mengirimkan pesan tersebut ke banyak teman-teman kita, alhamduliLlah...

#KMO4D
www.ernawatililys.com

Minggu, 15 November 2015

Siapakah Orang Yang Berakal Itu?

من هو العاقل؟

Siapakah yang disebut Orang Berakal itu?

قال ابن الجوزي رحمه الله :

Telah berkata Ibnul Jauzy rahimahuLlah :

العاقل من يحفظ جانب الله عز وجل وإن غضب الخلق.

Orang yang berakal adalah mereka yang menjaga hak-hak Allah ﷻ walau makhluk marah karena.

وكل من يحفظ جانب المخلوقين ويضيع حق الخالق يقلب الله قلب الذي قصد أن يرضيه فيسخطه عليه.

Dan setiap orang yang (lebih mementingkan untuk) menjaga hak-hak makhluk dan mengabaikan hak Allah ﷻ, maka Allah ﷻ akan membalikkan hati makhluk yang ia tuju (yang ia jaga hak-haknya ketimbang hak Allah ﷻ) dan ia cari keridhoannya menjadi membencinya.

*maksudnya : jika ada seseorang yang lebih mementingkan keridhoan seorang makhluk, apakah itu istri, mertua, binaan, teman, sahabat, atau siapapun, ketimbang keridhoan Allah ﷻ, serta ia lebih mendahulukan hak-hak makhluk ketimbang hak-hak Allah ﷻ. Maka kelak Allah ﷻ akan membalikkan hati makhluk yang ia lebih pentingkan tadi menjadi penuh kebencian dan kemarahan kepadanya. Hal ini adalah sangat mudah bagi Allah ﷻ, karena Allah ﷻ lah Sang Pemilik hati, kita berlindung kepada-Nya dari sifat seperti ini.

قال بعض السلف : لا يكن الله أهون الناظرين إليك ..

Sebagian Ulama salaf berkata, "Jangan sampai Allah ﷻ memandangmu dengan pandangan yang penuh dengan kehinaan"

قال بلال بن سعد : لاتنظر إلى صغر الخطيئة ، ولكن انظر إلى من عصيت.

Bilal bin Sa'ad berkata, "Jangan kamu lihat kecilnya kesalahan (dosa) yang kamu kerjakan, tapi lihatlah siapa yang kamu maksiati (durhakai)"

وكم من عبد ارتفع عند الله في الآخرة درجات بسبب سريرته

Dan berapa banyak kelak di akhirat seorang hamba yang kedudukan dan derajatnya tinggi di sisi Allah ﷻ karena disebabkan apa yang ada tersembunyi di dalam hatinya

مع أنه قد يكون ليس عنده كثرة قيام ولا صيام ولا كثرة عبادة وغير معروف بين الناس...

Padahal hamba tersebut tidak memiliki banyak (pahala) dari qiyamul layl (jarang sholat malam) dan sedikit berpuasa serta ibadah lainnya, serta ia juga tidak terkenal di kalangan manusia...

ولا عنده الشهادات العليا... والمناصب الرفيعة... والألقاب المنمقة...

Dan hamba tersebut juga tidak memiliki ijazah yang tinggi... kedudukan/jabatan yang mulia... serta tidak tenar dan terkenal...

ولكن الله رفعه لما يعلم من حسن سريرته.

Akan tetapi Allah ﷻ mengangkat derajatnya (di akhirat) ke tempat yang tinggi karena Dia mengetahui kebaikan tersembunyi yang ada di dalam hatinya.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال ، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : [ إن الله لا ينظر إلى أجسامكم ولا إلى صوركم ، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم ] – رواه مسلم-

Dari Abu Hurayrah رضي الله عنه ia berkata, dari RasuluLlah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Allah ﷻ tidak melihat fisik (jasmani) dan wajah kalian, akan tetapi Allah ﷻ melihat kepada HATI dan AMAL SHOLIH kalian" (HR. Muslim)

قال النبي صلى الله عليه وسلم : [ إنه ليأتي الرجل العظيم السمين يوم القيامة لا يزن عند الله جناح بعوضة ، إقرؤوا " فلا نقيم لهم يوم القيامة وزنا " ] - رواه مسلم –

RasuluLlah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya nanti di hari kiamat akan datang seorang laki-laki besar dan sangat gemuk, namun ternyata berat timbangannya tidak bisa menyamai dengan sebelah sayap nyamuk sekalipun. Maka bacalah oleh kalian 'dan Kami tidak akan menghitung bagi (amalan) mereka pada hari kiamat' [QS. Al Kahfi : 105]" (HR. Muslim)

إنما الميزان الحقيقي عند الله ما في قلبك من الإيمان والإخلاص والصدق والتوكل واليقين... والصفاء... والنقاء والطهارة.

Sesungguhnya timbangan yang benar di sisi Allah ﷻ adalah apa yang ada di dalam hatimu, dari iman, ikhlas, shiddiq, tawakkal, yakin... kebersihan (hati)... kemurnian dan kesuciannya.

قال بلال بن سعد رحمه الله : لا تكن ولي الله في العلانية ، وعدوه في السر.

Telah berkata Bilal bin Sa'ad rahimahuLlah, "Janganlah engkau menjadi wali Allah ﷻ di depan makhluk, tapi malah menjadi musuh Allah ﷻ dalam kesendirian".

*maksudnya : Saat di keramaian menampakkan kesholehan, kekhusyukan, kedermawanan serta sifat wali-wali Allah ﷻ lainnya. Namun saat tidak ada manusia, saat sendirian, ia berubah menjadi wali Allah ﷻ yang suka bermaksiat, na'udzubiLlah...

Sabtu, 14 November 2015

Hidup Ini Seperti Mimpi

By : Satria Ibnu Abiy (Sabbi)

Terkadang emang hidup itu kayak mimpi ya, banyak kejadian di dalamnya yang cepat terjadi dan cepat berlalunya.

Rasanya baru kemarin kita belajar jalan, jatuh trus dipapah lagi sama ibu kita, tahu-tahu sekarang udah bisa ikut lomba lari aj.

Pun masih ingat dan berasa segar di pikiran kita rasa bahagia dan deg-degan saat masuk ke kelas di hari pertama kita sekolah ya, eh sekarang malah udah ada yang jadi pengajar anak sekolah.

Rasa heboh, senang, haru dan bahagia saat masih kecil, remaja dan sekolah juga masih menempel kuat di memori kita, bahkan mungkin sebagiannya sulit untuk dilupa, betul gak?

Kayak memori saya saat di kelas ketemu guru killer, gimana tegangnya temen sekelas pas jam pelajarannya guru itu, jangankan berisik, batuk aja saat ini kita sekelas gak berani loh, hehehe...

Namun sadar gak manteman, kalo emang ternyata hidup ini kayak mimpi, semua memori yang kita lalui itu sama seperti mimpi kita saat tidur. Rasa-rasanya emang kita gak mau bangun dari mimpi yang indah itu kan, dan mimpi itu rasanya lamaaa banget.

Coba sekarang jawab pertanyaan saya, berapa lama sih orang bisa bertahan tidur dan bermimpi hingga terbangun?

4 jam, 8 jam atau 12 jam?

Begitulah hakikat kehidupan di dalam mimpi itu, cuma sebentar dibanding kehidupan bukan di alam mimpi. Ini fakta yang tidak bisa kita elakkan manteman.

Seindah apapun mimpinya, mau gak mau kita emang harus bangun dan segera menghadapi kehidupan di alam nyata ini. Jika ada orang yang gak mau bangun dari mimpi dan tidurnya, berarti ia sudah menyelesaikan kontraknya di dunia ini alias mati.

Di dalam kitab Syi'ar 'Alam An Nubala dan Fathul Bari, sahabat RasuluLlah yang sekaligus menantu dan khalifah yang ke-5, Ali bin Abi Thalib radhiAllahu 'anhu berkata,

النَّاسُ نِيَامٌ فَإِذَا مَاتُوا اِنْتَبَهُوا

"(Kehidupan) manusia itu seperti orang yang tidur (dan bermimpi). Jika ia mati, maka ia akan terbangun (dari tidur dan mimpinya)"

Lihatlah, betapa indah perkataan ini. Hidup kita di dunia ini emang seperti tidur dan bermimpi, sehingga tidak sedikit orang yang akhirnya terperdaya hingga terlena dibuatnya, menyedihkan emang.

Manusia akan terbangun dari mimpi ini saat ia telah mati, saat nafas telah terhenti dan saat nadi tak berdenyut lagi.

Sebagaimana orang yang terbangun dari mimpi indahnya, tentu ia akan kaget, tidak percaya, sedih bahkan menyesal. Ia mendapati bahwa semua yang dialami ternyata hanya mimpi, tak nyata dan hanya ilusi.

Sekarang ia harus menghadapi kenyataan saat ia terbangun, ia harus menjalani kehidupan hakikinya, bukan hanya mimpi belaka. Dan kehidupan itu bernama barzakh, kehidupan itu juga bernama akhirat!!!

Marilah sejenak kita renungkan firman Allah ﷻ berikut, lalu lihatlah diri kita dan tanyalah, "APAKAH AKU MASIH TERBUAI DALAM MIMPI YANG FANA INI???"

قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Allah berfirman : Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui" (QS. Al-Mu'minun : 114)

Jumat, 13 November 2015

Mengapa Harus Menulis?

Oleh : Satria Ibnu Abiy (Sabbi)

    Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ketika kita mencari arti kata dari menulis, maka akan kita dapati penjelasan sebagai berikut,

"Menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya)", atau

"Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan"

    Dari dua defenisi di atas sepertinya bisa kita tarik kesimpulan bahwa menulis adalah satu upaya/usaha seseorang dalam merangkai huruf menjadi susunan kata yang bisa menjadi wadah untuk menuangkan dan melahirkan pikiran atau perasaan kita.
    Menulis merupakan satu cara termudah dan tidak ribet untuk menyampaikan apa saja, pemikiran kita mungkin, perasaan yang sedang dialami, pengalaman yang penuh pelajaran, atau apa saja yang memang ingin kita tampilkan dalam tulisan kita. Kenapa saya katakan tidak ribet dan mudah?

1. Karena bagi kebanyakan orang, menulis itu lebih gampang dilakukan ketimbang mengungkapkannya lewat kata-kata bahasa lisan.
    Wajar sih ya, karena memang ternyata mental kebanyakan dari kita akan ciut manakala harus berhadapan langsung dengan orang yang kita ingin menyampaikan sesuatu kepadanya (misalnya saja atasan, orang tua atau orang yang kita cintai).
    Dalam keadaan seperti ini biasanya kata-kata lewat bahasa lisan akan menjadi sulit dan ribet untuk menyampaikannya, ada sesuatu yang membuat kata-kata tersebut tidak maksimal kita utarakan dan akhirnya apa yang ingin disampaikan pun tidak bisa keluar dengan maksimal.
    Misalnya, ketika kita sudah lama tidak berjumpa dengan orang tua kita, lalu orang tua kita berharap agar kiranya tahun ini kita bisa pulang untuk menjenguk dan berkumpul bersama mereka. Namun karena urusan pekerjaan dan deadline yang ngantri di meja kita belum tuntas dan masih harus diselesaikan, maka biasanya kita akan mencoba menjelaskan kepada orang tua kita mengenai kondisi dan keadaan kita, lewat apa?
    Tentu saja lewat tulisan, karena biasanya emang kita akan sungkan (ini termasuk perkara mental) untuk menyampaikannya secara langsung via bahasa lisan.
    Atau mungkin contoh lainnya adalah perasaan yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada orang yang dicintainya, misal seorang suami kepada istrinya. Lagi-lagi bahasa tulisan akan jauh lebih mudah disampaikan ketimbang bahasa lisan, gak percaya?
    Coba sekarang datangilah istri atau suami kita lalu coba lakukan gombal-gombal semacam,

"Papa kamu pelukis ya? | Kok tahu | Karena kamu telah berhasil melukis hatiku dengan cintamu :D"

Kira-kira cara mana yang lebih mudah dan tidak ribet? Bahasa lisan atau bahasa tulisan???

2. Karena menulis itu lebih tuntas, rinci dan detail dalam penyampaiannya.
    Tidak semua orang diberi kemampuan untuk bisa dengan mudah menyampaikan sesuatu lewat bahasa lisan, bahkan seorang presiden pun demikian.
    Lihat saja ketika seorang presiden ingin berpidato menyampaikan keputusannya atau dalam acara-acara tertentu, maka kita akan melihat pak presiden pasti akan membawa teks pidato yang berisikan hal-hal yang harus ia ungkapkan saat berpidato.
    Ini artinya bahwa bahwa tulisan itu lebih rinci dan detail, sehingga menulis itu lebih didahulukan ketimbang berbicara.

Menulis Juga Ibadah

    Mungkin bagi sebagian orang akan aneh ketika mendengar perkataan bahwa menulis juga ibadah, sama seperti dzikir, sholat dan ibadah-ibadah lainnya, gak percaya?
    Agar persoalan ini lebih jelas, mari kita samakan dulu persepsi kita tentang apa itu ibadah, sebab jika kita tidak memahaminya, maka akan mengakibatkan kerancuan dan kebimbangan ini tidak akan menemui penyelesaiannya. Thayyib.
    Defenisi ibadah yang disepakati oleh para ulama' adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahuLlah,

اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال، والأعمال الظاهرة والباطنة

Yang dimaksud dengan ibadah adalah apa saja yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, berupa perkataan, pekerjaan (amal) yang dilakukan secara terang-terangan atau tersembunyi (Al 'Ubudiyyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).
    Dalam ilmu fiqih, ada satu kaidah baku yang juga disepakati oleh para ulama' ahli fiqih, yaitu,

الكتابة تنزل منزلة القول

Yakni tulisan itu dihukumi sama statusnya dengan perkataan.
    Oleh sebab itu, jika kita menganggap bahwa tulisan itu juga beribadah dan bisa membuahkan pahala, maka tulislah hal-hal yang baik dan bermanfaat untuk orang lain. Jangan sampai tulisan kita justru menjadi ladang kemaksiatan dan dosa yang tak bertepi.
    Tulislah hal-hal yang menginspirasi dan bermanfaat untuk orang lain, mungkin pengalaman hidup, kisah inspiratif dan penuh hikmah, dan hal-hal lain yang memang bermanfaat. Jangan sampai kita menulis sesuatu yang malah justru akan menjadi bumerang bagi diri kita karena berisi hal-hal sensitif dan sesuatu yang isinya penuh dengan fitnah, kejelekan dan kerusakan.

Ayo Menulis

    Jika dilihat dari muatannya, seorang penulis itu terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu penulis yang ingin mempengaruhi orang lain lewat tulisannya dan penulis yang hanya ingin menumpahkan apa yang sedang dialaminya saja. Atau dengan kata lain, ada penulis yang memang menganggap menulis adalah kebutuhan dan kehidupannya serta ada penulis yang menganggap bahwa menulis adalah kesenangan, hobi dan passion yang mengasyikkan.
    Apapun alasannya, yang jelas menulis akan merangsang kita untuk terus rajin membaca. Disamping itu menulis juga bisa mengabadikan momen-momen penting yang mungkin jarang kita rasakan, atau pengalaman hidup yang penuh dengan pelajaran dan kenangan. Misalnya saja apa yang dialami oleh Syaikh Ibnul Jauzy rahimahuLlah yang sangat menyesal karena tidak sempat menuliskan pengalaman-pengalaman semasa ia hidup, sehingga lahirlah kitab beliau yang sangat fenomenal Shaidul Khatir.
    Jika harta benda bisa sirna dan hancur karena usia dan masa, maka tidak demikian dengan tulisan, ia akan senantiasa eksis dan tetap hidup, walau penulisnya telah lama mati. Tulisan yang mengandung muatan dan isi yang bermanfaat akan selalu dijaga dan dikenang oleh sejarah, tidak hanya setahun atau dua tahun, namun hingga berabad-abad lamanya.
    Satu contoh nyata adalah tulisannya Imam Ibnu Katsir rahimahuLlah yang sangat fenonemal dan melegenda yaitu Tafsir Ibnu Katsir. Sebagaimana kita ketahui, Ibnu Katsir wafat sekitaran tahun 774 H, dan tentunya kitab fenomenal ini ditulis jauh sebelum ia wafat. Coba kita hitung, mulai ia wafat hingga hari ini, kurang lebih telah melalui masa 663 tahunan atau sekitar 6 abad yang lalu, ma syaa Allah...
    Bahkan sampai hari ini tahun 1437 H (atau bertepatan dengan tahun 2015 M), kitab Tafsir Ibnu Katsir masih menjadi buku dengan rating penjualan yang fantastis hampir di seluruh dunia, telah diterjemahkan ke lebih 100 bahasa, bahkan sampai ada istilah di kalangan penerbit, "jika ingin mendongkrak populalitas dan omset suatu penerbit, maka cetaklah kitab Tafsir Ibnu Katsir ini". Begitu berkahnya kitab ini, semoga Allah membalas Imam Ibnu Katsir rahimahuLlah dengan banyak kebaikan dan keberkahan atas setiap ilmu yang diberikannya tersebut.
    Inilah yang seharusnya menjadi motivasi kita agar semakin semangat untuk berbagi ilmu dan manfaat dengan orang lain melalui tulisan kita. Karena ibarat pisau, ilmu yang kita miliki juga harus sering diasah agar ia tetap tajam, jika pisau dibiarkan begitu saja tanpa diasah, maka lama kelamaan ia akan tumpul dan tentu setelahnya akan dibuang.
    Menulis adalah salah satu cara untuk mengasah ilmu kita, semakin sering latihan menulis, maka tentu ia akan mempertajamnya, dan pisau yang tajam tentu akan jauh lebih banyak mendatangkan manfaat bagi orang lain ketimbang pisau yang tumpul.

Minggu, 08 November 2015

Hidup Itu Adalah

By : Satria Ibnu Abiy

Hidup itu seperti membangun gedung,
Butuh bata, pasir, batu, air dan semen untuk penggabung,
Butuh rencana matang agar kelak tak mudah limbung,
Butuh tukang yang ahli dan tidak tanggung,
Agar kelak ia menjadi bangunan yang indah dan kokoh bak gunung.

Kalaulah satu unsur pembangun tiada,
Tak kan mungkin yang lain bisa berguna,
Walau kekuatan dan kemampuan luar biasa,
Sebuah bata tak kan mungkin kokoh tanpa air di sisinya.
Jikapun semua unsur sudah tersedia,
Takkan juga bermanfaat jika tak disertai rencana dan ilmu yang membimbingnya.

Hidup itu seperti memasak makanan,
Harus tahu porsi dan bahan yang dibutuhkan,
Tidak kurang dan harus sesuai takaran,
Tidak juga lebih agar bisa dimakan,
Pun harus disiapkan perhatian dan juga kesabaran.

Jika bahan dan porsi berlebihan, mesti masakan tak kan bisa dimakan,
Apalagi jika kurang, tentu masakan kan jadi runyam,
Setelah semua bahan disiapkan,
Ia masih harus diolah dengan penuh perhatian dan juga kesabaran,
Tidak terburu-buru ingin segera diselesaikan,
Atau galau karena lamanya waktu yang dan tenaga yang dihabiskan.

Hidup itu seperti pentas sandiwara,
Kita ini hanya sebagai pemain bukan sutradara,
Tugas kita hanya menjalankan skenario yang sudah tersedia,
Berlakon jujur sesuai dengan perannya.

Yang kita perlukan juga rasa saling percaya,
Serta selalu berbaik sangka,
Karena skenario dicipta bukan untuk menyiksa,
Bukan pula untuk membuat kita menderita,
Skenario dibuat agar kita terasah kemampuannya,
Terpilih dan tersaring agar semakin meningkat peringkatnya,
Agar kelak pada akhirnya kita bisa tertawa lepas penuh rasa bahagia...

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya." (QS. Az-Zumar : 73)

Popular Posts

Supported By:

Supported By:
warungkoski.com
Diberdayakan oleh Blogger.