Sabtu, 16 Juli 2016

Pesantren Kilat, Jalan Menuju Taubat

Saat itu sekolahku menjadi tuan rumah dari acara pesantren kilat akbar di kotaku, dikatakan akbar karena memang peserta yang ikut acara ini berasal hampir dari seluruh sekolah menengah, seperti MAN, SMK, dan SMA yang ada di kota Medan.

Walau peserta yang ikut tidak se-akbar nama acaranya, namun hampir seluruh sekolah menengah saat itu mengirimkan utusannya untuk mengikuti acara Pesantren Kilat Akbar se-Kota Medan ini, dan akupun diutus untuk mewakili sekolahku. (Ada kisah unik dan lucu saat saya ditawari untuk ikut acara pesantren kilat ini, mudah-mudahan nanti bisa ditulis sambil dikumpulin lagi potongan-potongan memori yang mulai terlupa, hehe)

Pesantren kilat ini dilaksanakan selama 6 hari, dimana setiap harinya peserta diberikan materi-materi dasar dalam ilmu Islam, seperti Hakikat dan Tujuan Dasar Penciptaan Manusia, Modal Untuk Beribadah, Pentingnya Mempelajari Syahadat, Konsekuensi serta Pembatal Syahadat, Dasar Ushul Tsalaatsan, Ma'rifatuLlah, Ma'rifaturrasul, Ma'rifatuddien dan materi-materi lain yang bagiku merupakan pengalaman serta ilmu baru yang belum pernah kudapat baik di sekolah maupun buku-buku agama yang kumiliki, prihatin.

Hari demi hari kulewati dengan banyak sekali air mata yang tertumpah, betapa tidak, ternyata selama ini aku bagai zombie (mayat hidup) yang berjalan kesana kemari tak jelas apa yang dituju dan apa yang dicari. Hampir seluruh waktu kuhabiskan hanya untuk memuaskan nafsu yang tiada ujung dan pangkalnya untuk diikuti, seolah meminum air laut yang sangat asin rasanya, niat hati ingin menghilangkan dahaga dengan meminumnya, namun malah semakin diminum semakin bertambah haus dan penasarannya, setidaknya begitulah selama ini yang kurasakan dalam hidup ini.

Raga rasa haus yang sangat
Namun hanya ada air laut yang terdekat
Diri coba minum agar terasa nikmat
Harapan agar dahaga hilang terbabat
Ternyata hanya nikmat sesaat
Setelahnya tenggorokan pun rasa tercekat

Puncaknya, diriku mulai tumbang dalam hempasan penyesalan dan ketakutan yang membayangi saat memasuki hari terakhir acara pesantren kilat ini. Terbayang banyaknya investasi dosa yang sudah dikerjakan, juga episode kelam yang terlanjur mengisi drama kehidupan.

Dengan azzam dan tekad yang sudah kubulatkan, aku berjanji kepada Allah ﷻ dan diri ini untuk sesegera mungkin berubah dan bertaubat serta kembali ke dalam dekapan Islam yang menentramkan. Salah satu momen yang mempengaruhiku saat itu adalah sebuah renungan yang disampaikan oleh seorang Ustadz pembimbing pada acara pesantren kilat tersebut.

Ustadz menyampaikan sebuah renungan yang sangat mendalam serta menusuk-nusuk dada ini, seolah renungan tersebut bak pisau tajam yang tepat ditancapkan ke dadaku. Lalu karena ketajamannya, pisau itu mampu menembus kulit dan terus masuk ke dalam jantungku, dalam dan sangat mematikan sehingga aku pun tak berdaya dan terkulai lemas dibuatnya. Tikaman tajam tersebut mampu membangunkan aku dari kelalaian serta "tidur" panjangku, ia juga mampu menghancurkan tembok-tembok hedonisme yang berdiri kokoh di dalam hidupku, alhamduliLlah...

Pada saat itu, Ustadz (semoga Allah senantiasa menjaga dan membalas setiap kebaikannya) mengangkat satu ayat di dalam Al Quran, yaitu ayat ke-179 di dalam surah Al A'raf, dimana Allah berfirman,

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raf : 179)

Allah Akbaar... setiap kali membaca ayat ini, serasa diri ini masih merasakan getaran dari ayat ini saat pertama kali mendapatkan penjelasannya.

Di antara yang disampaikan Ustadz sehingga mampu menyadarkan aku saat itu adalah, orang-orang yang tidak pernah mau menggunakan matanya untuk melihat dan membaca ayat-ayat Allah (baik yang tersirat di dalam Al Quran atau yang tersurat di alam sekitar), orang yang tidak mau menggunakan telinganya untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Allah atau mendengarkan majelis/halaqah yang membahas ayat-ayat Allah, serta orang yang punya hati namun hatinya senantiasa lalai dari berdzikir kepada Allah, akan mendapatkan siksaan dan kerugian yang berat dan besar, baik di dunia maupun di akhirat.

Kemudian Ustadz melanjutkan, siksaan di dunia berupa derajat serta tingkah laku (akhlak) yang tak ubahnya seperti binatang, bahkan lebih sesat dan lebih hina lagi. Dan nanti di akhirat (jika tidak mau bertaubat) akan dicampakkan ke dalam Neraka Jahannam yang merupakan dasar serta tempat dimana api-api yang berada pada neraka lainnya dinyalakan. Ngeri rasanya saat membaca dan membayangkan bagaimana kengerian yang disajikan di dalam neraka Jahannam ini. Padahal kita tahu bahwa api neraka pada tingkat yang paling ringan saja, yang mana apinya "cuma" setinggi mata kaki kita, sudah mampu meledakkan dan menghancurkan isi kepala kita, apatah lagi dengan Jahannam ini, yang mana ia merupakan tingkatan neraka yang paling berat siksaannya serta paling dalam dan besar kobaran apinya, wal iyadzu biLlah...

Kontan penjelasan dari Ustadz membuat hampir seluruh peserta pesantren kilat menangis dan bergidik ngeri, pun termasuk aku. Aku yang dikenal teman-teman suka tertawa dan rame, saat itu hanya mampu menangis, shock dan ketakutan dengan rasa takut yang sangat. Betapa memang selama ini aku hampir tidak pernah membaca Al Quran (apalagi menghafalnya), menghadiri majelis ilmu serta berdzikir, lalu bagaimana nasibku jika aku mati saat dalam keadaan seperti itu? Allahu Akbaar... segala puji bagi Allah yang masih memberi kesempatan kepadaku untuk bisa hidup dan belajar serta memperbaiki diri hingga saat ini, alhamduliLlah...

Maka mulai saat itu, aku putuskan aku harus berubah dan bertaubat kepada Allah atas dosa dan kesalahan yang selama ini telah aku lakukan dalam hidupku.

Setelah acara tersebut, aku pun mulai aktif mengikuti majelis-majelis ilmu serta perlahan-lahan mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan jelek yang sudah menjadi program harianku selama ini. Termasuk semua koleksi kaset dan CD yang kumiliki, serta gitar dan berbagai pernik aksesoris kejahiliyahanpun aku buang dan sebagiannya aku hancurkan, karena aku khawatir hal tersebut akan menarik perhatianku lagi untuk kembali menyenanginya.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Supported By:

Supported By:
warungkoski.com
Diberdayakan oleh Blogger.