Rabu, 20 Juli 2016

Seri 5 : Hari Pertama Di Jalan Hijrah (3)

"Katakanlah : Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar : 53)

***

"Kapan kau balek Jack?"

"Tadi sore Jef!", jawabku

Jefry adalah temen yang lumayan deket denganku. Walau Jefry ini beragama Kristen, tapi kami semua tidak pernah mempermasalahkannya saat sedang berkumpul. Sedangkan aku biasanya dipanggil Jack olehnya, katanya biar agak kerenan dikit, hehehe

"Udah lama kita gak latihan loh!", tanya Jefry

Biasanya kalau udah diajak latihan gini, aku paling semangat walau banyak badai yang menghadang di depan. Bukan apa-apa sih, latihan ini biasanya kujadikan media untuk melepaskan semua beban rasa dan jiwa yang sedang melanda. Kalau sudah sampai studio, biasanya kita suka gila-gilaan setelah latihan usai. Studio yang dimaksud studio musik loh ya, bukan studio foto :D

Tapi sekarang sedikit berbeda, gairah untuk berangkat ke studio hilang sama sekali, keinginan untuk melampiaskan rasa pun lenyap ditelan diam.

"Keknya lagi males aku Jef, capek kali badanku kurasa", aku coba mencari alasan yang bisa diterima olehnya.

"Owh yaudah, istirahatlah kau dulu", jawab Jefry sambil berlalu pergi

***

Kulihat jam baru menunjukkan pukul 22.00 WIB, masih sore pikirku. Di saat normal, biasanya jam segini aku masih nongkrong di warungnya Jefry atau di basecampnya anak-anak IRMANURI tempo hari, tapi malam ini, ada sesuatu yang menghalangi hasratku untuk melangkahkan kaki kesana.

Kubaringkan tubuh ini, sambil tanganku meraih tombol power radio yang berada tepat di atas kepala saat berbaring.

"Jam segini biasanya KISS FM lumayan acaranya", pikirku

Kunikmati setiap alunan musik malam itu dengan syahdu, sambil sesekali pikiranku menerawang jauuuh, meninggalkan tubuh yang tengah berbaring di atas kasur ini.

"Aku harus berubah!!!"

Tiba-tiba ada dorongan yang sangat kuat dari dalam hati untuk mengungkapkannya, Ya! Sepertinya aku memang harus berubah.

Sebelum mataku terlelap, aku sempatkan berdoa kepada Allah agar menolongku untuk bisa bangun di sepertiga malam, karena aku ingin curhat, ingin menumpahkan segala rasa di dalam dada dan jiwa yang mulai kuat gejolaknya ini.

Bismika allahumma amuutu wa ahya...

***

Aku terbangun menjelang jam 03.00 pagi, alhamduliLlah...

Rasanya suasana kedisplinan di pesantren kilat masih terbawa hingga pagi ini, sehingga kagetnya saat dibangunin panitia juga belum hilang sepenuhnya.

Setelah bersih-bersih dan wudhu, kubentangkan sajadah lalu aku berdiri mantap untuk mengerjakan sholat tahajud.

"Assalamu'alaykum warahmatuLlahi..."

Aku duduk sejenak setelah salam, kuperbanyak membaca istighfar dengan penuh kekhusyukan. Tiba-tiba saja aku teringat semua dosa-dosa sebelumnya, sambil berurai air mata ku angkat tangan ini sambil berdoa

"Yaa Allah... Engkau Maha Tahu lagi Maha Melihat apa yang telah aku lakukan sebelum ini..."

"Betapa banyak orang yang telah saya sakiti, banyak maksiat telah kucicipi, maka kemanakah lagi aku harus mengharapkan pengampunan kecuali kepada-Mu yaa Illahy..."

Malam itu, kubiarkan air mata ini mengalir sederas-derasnya, membasahi wajah yang penuh noda dosa. Kubiarkan mata yang hampir tidak pernah membaca ayat-ayat Allah ini basah oleh air mata taubat. Mata yang selalu melihat tatkala diri ini diam-diam bermaksiat di belakang keramaian manusia. Mata yang senantiasa rutin melihat berbagai macam hal-hal yang dilarang oleh Allah untuk melihatnya, dan mata yang tak pernah menangis karena takut kepada Allah...

"Rabbi... tak ada yang kuharapkan saat ini kecuali hanyalah ampunan yang besar dari sisi-Mu"

"Berilah kesempatan kepada hamba untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah hamba lakukan"

"Dekatkanlah hamba kepada orang-orang yang mereka juga dekat kepada-Mu, serta jauhkan hamba dari orang-orang yang mereka juga menjauh dari-Mu..."

Malam itu hujan air mata tak bisa lagi terbendung, seolah ia tak mau berhenti, hingga nafas dan dan sesenggukkan pun berlomba dalam sunyi, menambah irama penyesalan yang semakin menyayat hati, mencoba untuk menumpahkan segala beban rasa di dalam jiwa, menanti petunjuk juga bimbingan Allah Sang Pencipta.

Pagi itu, aku pun memasuki babak yang baru dalam episode kehidupanku...

BismiLlahi tawakkaltu 'alaLlahi...

Bersambung in syaa Allah

Next : Hari Pertama Di Jalan Hijrah (4)

1 komentar:

Popular Posts

Supported By:

Supported By:
warungkoski.com
Diberdayakan oleh Blogger.