Senin, 18 Juli 2016

Seri 3 : Hari Pertama Di Jalan Hijrah (1)

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali 'Imran : 104)

***

Sebenarnya ini bukan kali pertama saya ikut acara pesantren kilat seperti ini. Waktu masih SMP dulu malah hampir setiap tahun ada acara pesantren kilat di sekolah, dan semua siswa yang beragama Islam diwajibkan untuk ikut. Tahun kemaren juga sebenarnya saya ikut pesantren kilat yang diadakan oleh Ikatan Remaja Masjid Nurul Islam (IRMANURI) di deket kosan, tepatnya di jalan Letda Sujono. Bahkan saat itupun saya dinobatkan sebagai peserta lelaki terbaik, bukan sombong sih, cuma pamer, piss :D

Namun apa yang membedakan pesantren kilat ini dengan pesantren kilat lain yang pernah saya ikuti sebelumnya? Selain faktor hidayah yang Allah berikan, saya rasa ada 2 faktor yang menjadikan nilai plus pada pesantren kilat ini.

1. Dari Sisi Materi Yang Disajikan.

Pada pesantren kilat sebelum-sebelumnya, materi yang disajikan tidak runut dan sistematis, malah terkesan "yang penting ada materi keislaman". Sedangkan pada pesantren kilat akbar ini, materi yang disajikan sangat sistematis dan bisa menggiring pola pikir pesertanya untuk ikut meresapi setiap ibroh dan maksud dari isi materi.

Seperti misalnya materi awal yang diberikan, yakni Ta'riful Insan (Mengenal Hakekat Manusia), dimana saat itu ustadz menjelaskan tentang proses terciptanya seorang manusia, mulai dari pembentukan janin hingga dilahirkan. Saat itu ustadz mengatakan, "Dalam proses pembuahan saja, Allah sengaja memilih benih (sel sperma) yang mengangkut antum (kalian) di dalamnya, sehingga benih tersebut bisa berhasil bertemu dengan sel telur ibu antum. Padahal benih yang berusaha bertahan dan ingin berhasil menjumpai sel telur itu banyak jumlahnya, bahkan sampai hitungan jutaan benih. Namun sekali lagi, Allah memilih antum dan mentakdirkan benih lainnya mati dan gagal. Lalu mengapa ketika lahir dan sudah dewasa antum malah sombong dan ingkar kepada Allah? Padahal Dia-lah yang telah menolong antum semenjak antum masih berbentuk benih?"

Menerima pertanyaan cerdas dan masuk akal seperti ini membuat saya terdiam dan merenung, rasanya emang bener jika saya ini adalah orang yang sombong kepada Allah. Sudah belasan tahun saya hidup di dunia, menerima berbagai nikmat dari-Nya secara percuma (gratis), namun masih juga malas dan tidak mau beribadah kepada-Nya, memalukan!

Ini adalah malam pertama dimana saya menangis saat sholat. Pertanyaan tadi bagi saya seperti layaknya sebuah dentuman bom yang dahsyat, sehingga mampu membangunkan kesadaran saya yang mungkin sudah lama tertidur pulas dibuai oleh semunya bayangan mimpi yang terlihat indah.

Setelah menerima materi Ta'riful Insan ini, lalu keesokan harinya kami diberikan materi Ma'rifatuLlah, yakni materi yang menjelaskan tentang bagaimana caranya kita bisa berkenalan dengan Allah. Materi ini pun lagi-lagi bisa berhasil mempengaruhiku, dimana memang sebelumnya saya merasa ingin sekali kembali kepada Allah, namun masih bingung bagaimana caranya. AlhamduliLlah saya bisa dipertemukan dengan ustadz-ustadz yang cerdas dan bisa mengalahkan ego kesombonganku saat itu dengan penjelasan serta dalil yang sistematis dan tak bisa diterima oleh pikiran dan hati pendengarnya.

2. Panitia Yang Mengawal Acaranya

Panitia pesantren akbar ini terdiri dari beberapa panitia ikhwan dan belasan panitia akhwat. Dari sisi pakaian dan penampilan, panitia ikhwan tidak banyak berbeda dengan panitia ikhwan pada acara pesantren kilat lain yang pernah saya ikuti. Namun panitia akhwatnya sedikit berbeda, yakni kebanyakan dari mereka menggunakan niqob alias cadar, belum pernah saya mengikuti pesantren kilat yang di dalamnya ada panitia akhwat bercadar.

Namun sebenarnya bukan hal itu saja yang menjadikan pesantren kilat akbar ini terasa berbeda dari pesantren kilat sebelumnya. Hal lain yang menjadikannya berbeda adalah kehati-hatian panitia ikhwan dan panitia akhwat dalam berkomunikasi, yakni mereka sangat menjaga diri dari yang namanya khalwat (berdua-duaan dengan bukan mahrom di tempat yang sunyi).

Sering saya perhatikan, ketika panitia ikhwan berpapasan dengan panitia akhwat, mereka mengucapkan salam, namun mata mereka semuanya menunduk dan tidak melihat ke arah lawan bicaranya. Belum lagi saat panitia ikhwan membutuhkan sesuatu kepada panitia akhwatnya, maka biasanya panitia ikhwan ngobrolnya dari balik tembok, tidak berhadapan langsung dengan panitia akhwatnya, terdengar sedikit aneh memang.

Berbeda dengan panitia pada pesantren kilat sebelumnya yang pernah saya ikuti, mereka terlihat akrab sekali antara satu dengan yang lain, seolah tidak ada sekat dan pembeda antara panitia ikhwan dengan panitia akhwat. Hal ini memang bukan hal yang aneh bagiku, karena memang kehidupan kami di OSIS dan Paskibraka tidak jauh berbeda, malah kami sepertinya sedikit lebih "berani" dalam hal ini.

Dari perbedaan cara bergaul panitia ikhwan dan akhwat yang cukup mencolok ini, saya jadi mengerti akan satu hal. Ternyata jika syari'at (hukum) di dalam Islam itu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari kita, maka tentu hal tersebut akan menambah keimanan serta rasa takut kita kepada Allah. Di samping itu, dari sini saya tahu mana panitia yang betul-betul serius ingin berdakwah dan mengajak pada kebaikan dan mana panitia yang hanya sekedar menjalankan kewajiban sebagai panitia pengawal acara saja. Bagaimana mungkin orang yang serius mengajak orang lain pada kebaikan, sementara dirinya malah mencontohkan sesuatu yang tidak baik?

Jika kebaikan adalah seperti makanan
Nikmat dan lezat dilihat dari tampilan
Mengundang selera dengan aroma yang dihasilkan
Apakah ia akan disantap atau hanya dibiarkan?

Sungguh, makanan yang lezat tidak akan bermanfaat
Tatkala kita hanya bisa berkomentar dan cuma melihat
Tak ada upaya untuk mencicipi juga usaha untuk menyantap
Bisakah ia mengenyangkan dan terasa nikmat?

Bersambung in syaa Allah

Next : Hari Pertama Di Jalan Hijrah (2)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Supported By:

Supported By:
warungkoski.com
Diberdayakan oleh Blogger.